Gambar. cnnindonesia.com |
Penulis: Nabila | Editor: Hidayat
Meskipun
tanpa perjanjian khusus, Anies menekankan kompaknya langkah mereka dalam
menghadapi debat, menunjukkan keseriusan dalam menghadirkan diskusi yang
bermutu dan membangun bagi pemilih.
Debat
tersebut menampilkan dinamika yang kaya, namun sayangnya, warna yang muncul
tidak selalu positif.
Cawapres
nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, dikritik karena menggunakan gimik dan
menyampaikan sejumlah ujaran yang dianggap merendahkan rekan cawapresnya.
Anies
Baswedan dalam tanggapannya kepada awak media setelah menghadiri debat di
Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Pusat pada Minggu (21/1/2024).
Anies
menegaskan bahwa keterlibatan dalam debat bukan hanya tentang kesepakatan
formal, melainkan tentang kompakitas dalam menjaga integritas dan martabat
debat itu sendiri.
Dengan
pernyataannya, Anies menyoroti pentingnya menjaga kualitas dan etika dalam
perdebatan politik, menjadikan kesepakatan dan kompakitas sebagai faktor
penting dalam mendukung wacana yang bermakna bagi pemilih.
Anies
Baswedan memandang debat sebagai forum yang mengundang kolaborasi pikiran.
Baginya,
lawan debat bukan sekadar pesaing, melainkan teman berpikir yang memiliki peran
penting dalam merangsang ide-ide dan pemikiran yang mendalam.
Pemahaman
ini turut diungkapkan oleh Muhaimin Iskandar, calon wakil presiden pendamping
Anies, yang menekankan pentingnya melihat lawan debat sebagai mitra dalam
menjalankan proses berpikir bersama.
Dalam
pandangan keduanya, debat bukan hanya ajang adu argumen, tetapi juga peluang
untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam dan menghasilkan solusi yang
bermakna bagi masyarakat.
Mantan
Gubernur DKI Jakarta ini, memberikan penekanan pada pentingnya mengakui
perbedaan dalam perdebatan masyarakat.
Baginya,
esensi dari perbedaan pendapat tersebut terletak pada kemampuan menyampaikannya
dengan rasa hormat dan penghargaan terhadap lawan bicara.
Anies
menekankan bahwa, walaupun materi yang dibahas mungkin tidak selalu
menyenangkan untuk didengar, penting untuk menjaga etika dalam prosesnya.
Dalam
pandangannya, etika ini menjadi landasan yang membuat Muhaimin Iskandar dan
Mahfud MD terlihat sejalan, karena keduanya membawa prinsip etika yang tinggi
ke dalam perdebatan.
Kesamaan
tersebut bukan hanya dalam substansi argumen, tetapi juga dalam cara mereka
menghormati dan mengelola perbedaan pandangan, menciptakan sebuah wacana yang
didasari oleh nilai-nilai moral dan etika yang tinggi.
Dalam
sesi kedua debat cawapres, Gibran Rakabuming Raka menciptakan momen
kontroversial dengan memperlihatkan gimik dan mengeluarkan pernyataan yang
dianggap merendahkan lawan bicara.
Salah
satu insiden mencolok terjadi saat Gibran mengajukan pertanyaan tentang
greenflation atau inflasi hijau.
Namun,
respons dari Mahfud MD terbilang tak terduga karena membahas materi ekonomi
hijau dengan serius.
Meskipun
demikian, Gibran menunjukkan sikap kurang menghargai dengan mengekspresikan
ketidakpuasannya dan bahkan menunjukkan gestur mencari sesuatu, menciptakan
ketegangan dalam dinamika debat.
Kejadian
ini memunculkan perdebatan terkait sikap dan etika dalam berkomunikasi,
sekaligus menyoroti kebutuhan untuk menjaga tingkat penghormatan antarlawan
debat.
Gibran
Rakabuming Raka mengekspresikan kebingungannya dengan mencari jawaban dari
Mahfud MD selama debat.
Dengan
nada keheranan, Gibran berkata, "Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud,
saya nyari-nyari di mana ini jawabannya? Kok enggak ketemu jawabannya."
Namun,
ketika Gibran melontarkan pernyataan mengenai Lithium Ferro Phosphate (LFP)
kepada Muhaimin Iskandar, ia menyatakan siap menjelaskan lebih lanjut jika
diminta oleh Muhaimin.
Respons
Gibran kemudian dihadapi oleh Cak Imin, yang merespon dengan mengangkat isu
etika dalam debat.
Permasalahan
etika menjadi sorotan karena tindakan-tindakan yang mungkin dianggap kurang
menghargai atau menciptakan ketegangan dalam proses berdiskusi.
Episode ini memperlihatkan kompleksitas dinamika debat dan pentingnya menjaga etika serta penghormatan terhadap lawan bicara.