Gambar. liputan6.com |
HIRANKA.COM - Seringkali kita sebagai manusia modern merasa kehidupan yang
dijalani kurang efektif, tidak produktif dan tidak berjalan sesuai dengan
rencana yang telah kita buat sebelumnya. Ini terjadi karena kita seringkali
membuat perencanaan tapi lupa tentang bagaimana caranya untuk dapat
melaksanakan rencana-rencana itu dengan konsisten setiap waktunya.
Masyarakat Jepang dikenal dengan keteraturan dan
kedisiplinan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak mengherankan
sebab meskipun sudah mengalami modernisasi di banyak bidang, masyarakat Jepang
tidak melepaskan prinsip-prinsip kehidupan tradisional yang mereka warisi dari
nenek moyang mereka.
Berikut ini beberapa prinsip-prinsip hidup masyarakat Jepang yang mungkin bisa kamu terapkan dalam keseharianmu:
1. Ikigai
Berasal dari dua kata, ‘Iki’ yang maknanya
kehidupan dan ‘gai’ yang bermaksud nilai, sehingga dapat dikatakan Ikigai
adalah ‘nilai dari kehidupan’, atau dalam kata lain Ikigai adalah suatu konsep
yang menekankan pada kehidupan yang bernilai, yang memiliki alasan.
Dalam penerapannya, Ikigai dapat
dilaksanakan dengan menyadari alasan kita mengalami kehidupan ini, dan apa
tujuan yang akan kita capai, dengan begitu, hidup akan terasa lebih bermakna
dan bernilai.
Semua kegiatan harianmu dapat dilakukan
dengan ikigai, misalnya saat bangun pagi, kamu harus tahu apa alasanmu untuk
bangun, saat sarapan, kamu tahu dan sadar apa alasanmu untuk sarapan, dan
begitu seterusnya.
2. Kaizen
Kaizen bermakna perubahan menjadi lebih
baik secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Mudahnya, kaizen adalah suatu konsep yang
menekankan pada perubahan kecil yang dilakukan terus menerus, setiap hari,
hingga menjadi suatu perubahan yang besar.
Perubahan yang kecil ini memang pada
awalnya tidak terasa, namun setelah dilaksanakan secara terus-menerus dan
menjadi kebiasaan atau ‘habit’, barulah terasa perubahan-perubahan yang
positif.
Misalnya kamu dapat mengubah kebiasaan
meninggalkan meja kerjamu berantakan dengan membersihkannya sejenak sebelum
pulang, setelah dilakukan berulang-ulang, kamu akan merasakan perubahan dan hal
kecil itu mungkin akan mempengaruhi kebiasaan lain dalam keseharianmu.
3. Wabi Sabi
Jika kita memperhatikan kehidupan dan alam
semesta, kita sebagai ciptaan Tuhan tidak ada yang tercipta abadi dan sempurna.
Setiap kita pasti memiliki kekurangan
masing-masing, namun biasanya dalam keadaan-keadaan tertentu, seseorang merasa
kesal dengan kekurangan yang dimilikinya itu, dan merasa marah karena tidak
memiliki kelebihan yang dimiliki orang lain.
‘Wabi’ sendiri berarti kesendirian atau ketenangan
yang biasanya didapatkan seseorang saat bertapa, adapun ‘Sabi’ adalah
perlambang atas ketidakabadian benda-benda yang ada di alam ini.
Ringkasnya, Wabi Sabi adalah konsep untuk
memeluk dan menerima kekurangan yang ada di dunia ini, sebab tidak ada yang
sempurna kecuali Tuhan, tentunya.
4. Shoshin
Konsep ‘Shoshin’ ini sangat penting untuk
dimiliki oleh mereka yang ingin terus mengembangkan dirinya.
Setiap kita dianugerahi oleh
kemampuan-kemampuan serta bakat-bakat yang sudah diketahui maupun yang belum
diketahui. Terkadang, kita bisa menjadi begitu mahir dalam suatu bidang tapi
bodoh dan tidak tahu sama sekali tentang hal lain.
Ketika sudah tahu atau merasa ahli tentang
sesuatu, saat mendengar informasi baru tentang hal itu seringkali kita
meremehkan sebab merasa ‘saya sudah tahu’ atau ‘hal ini sudah biasa’.
Saat tidak tahu akan sesuatu, kita juga
seringkali memunculkan kesan ‘hal ini tidak penting’ atau ‘yang saya tahu lebih
penting daripada yang baru ini’, padahal hal itu, dapat membuat pengembangan diri
kita terhambat dan mandek.
Konsep Shoshin bermakna berpikir layaknya
seorang pemula yang baru belajar. Dengan menerapkan Shoshin, kita akan siap
menerima banyak informasi yang dapat mengembangkan diri kita nantinya.