5 Prinsip Emas Kehidupan dan Kunci Sukses Orang Jepang

5 Prinsip Emas Kehidupan dan Kunci Sukses Orang Jepang
Gambar. liputan6.com
Penulis: Hayyi | Editor: Hidayat

HIRANKA.COM - Seringkali kita sebagai manusia modern merasa kehidupan yang dijalani kurang efektif, tidak produktif dan tidak berjalan sesuai dengan rencana yang telah kita buat sebelumnya. Ini terjadi karena kita seringkali membuat perencanaan tapi lupa tentang bagaimana caranya untuk dapat melaksanakan rencana-rencana itu dengan konsisten setiap waktunya.

Masyarakat Jepang dikenal dengan keteraturan dan kedisiplinan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak mengherankan sebab meskipun sudah mengalami modernisasi di banyak bidang, masyarakat Jepang tidak melepaskan prinsip-prinsip kehidupan tradisional yang mereka warisi dari nenek moyang mereka.

Berikut ini beberapa prinsip-prinsip hidup masyarakat Jepang yang mungkin bisa kamu terapkan dalam keseharianmu:

1.       Ikigai

Berasal dari dua kata, ‘Iki’ yang maknanya kehidupan dan ‘gai’ yang bermaksud nilai, sehingga dapat dikatakan Ikigai adalah ‘nilai dari kehidupan’, atau dalam kata lain Ikigai adalah suatu konsep yang menekankan pada kehidupan yang bernilai, yang memiliki alasan.

Dalam penerapannya, Ikigai dapat dilaksanakan dengan menyadari alasan kita mengalami kehidupan ini, dan apa tujuan yang akan kita capai, dengan begitu, hidup akan terasa lebih bermakna dan bernilai.

Semua kegiatan harianmu dapat dilakukan dengan ikigai, misalnya saat bangun pagi, kamu harus tahu apa alasanmu untuk bangun, saat sarapan, kamu tahu dan sadar apa alasanmu untuk sarapan, dan begitu seterusnya.

2.       Kaizen

Kaizen bermakna perubahan menjadi lebih baik secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

Mudahnya, kaizen adalah suatu konsep yang menekankan pada perubahan kecil yang dilakukan terus menerus, setiap hari, hingga menjadi suatu perubahan yang besar.

Perubahan yang kecil ini memang pada awalnya tidak terasa, namun setelah dilaksanakan secara terus-menerus dan menjadi kebiasaan atau ‘habit’, barulah terasa perubahan-perubahan yang positif.

Misalnya kamu dapat mengubah kebiasaan meninggalkan meja kerjamu berantakan dengan membersihkannya sejenak sebelum pulang, setelah dilakukan berulang-ulang, kamu akan merasakan perubahan dan hal kecil itu mungkin akan mempengaruhi kebiasaan lain dalam keseharianmu.

3.       Wabi Sabi

Jika kita memperhatikan kehidupan dan alam semesta, kita sebagai ciptaan Tuhan tidak ada yang tercipta abadi dan sempurna.

Setiap kita pasti memiliki kekurangan masing-masing, namun biasanya dalam keadaan-keadaan tertentu, seseorang merasa kesal dengan kekurangan yang dimilikinya itu, dan merasa marah karena tidak memiliki kelebihan yang dimiliki orang lain.

‘Wabi’ sendiri berarti kesendirian atau ketenangan yang biasanya didapatkan seseorang saat bertapa, adapun ‘Sabi’ adalah perlambang atas ketidakabadian benda-benda yang ada di alam ini.

Ringkasnya, Wabi Sabi adalah konsep untuk memeluk dan menerima kekurangan yang ada di dunia ini, sebab tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan, tentunya.

4.       Shoshin

Konsep ‘Shoshin’ ini sangat penting untuk dimiliki oleh mereka yang ingin terus mengembangkan dirinya.

Setiap kita dianugerahi oleh kemampuan-kemampuan serta bakat-bakat yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui. Terkadang, kita bisa menjadi begitu mahir dalam suatu bidang tapi bodoh dan tidak tahu sama sekali tentang hal lain.

Ketika sudah tahu atau merasa ahli tentang sesuatu, saat mendengar informasi baru tentang hal itu seringkali kita meremehkan sebab merasa ‘saya sudah tahu’ atau ‘hal ini sudah biasa’.

Saat tidak tahu akan sesuatu, kita juga seringkali memunculkan kesan ‘hal ini tidak penting’ atau ‘yang saya tahu lebih penting daripada yang baru ini’, padahal hal itu, dapat membuat pengembangan diri kita terhambat dan mandek.

Konsep Shoshin bermakna berpikir layaknya seorang pemula yang baru belajar. Dengan menerapkan Shoshin, kita akan siap menerima banyak informasi yang dapat mengembangkan diri kita nantinya.