Gambar. expedia.co.id |
Kota ini sejak dulu sudah menjadi kota penting dan pusat dari kekuatan-kekuatan besar dunia: Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Latin dan Kekhalifahan Utsmaniyah. Jika ditilik kebelakang, kota ini disebut sudah ditinggali sejak 8500 tahun lalu, menjadi pemukiman yang layak disebut sebagai kota sejak 3000 tahun lalu, serta sudah menjadi ibukota dan pusat pemerintahan sejak 1600 tahun lalu.
Sejarah Nama Istanbul
Istanbul sendiri sebelum ditaklukkan oleh
Sultan Muhammad Al-Fatih II pada tahun 1453 di masa kekuasaan Kekaisaran
Bizantium disebut dengan nama Konstantinopel/Konstantinopolis, yang berarti
‘Kota Konstantin’, mengambil nama dari Kaisar Konstantin I Yang Agung yang
meresmikan kota di tepi Selat Bosporus itu sebagai ibukota kekaisarannya.
Sebelum itu, Konstantinopel adalah pemukiman kecil yang ditinggali oleh
orang-orang dari Megara, sebuah kota di pesisir timur Yunani yang cukup dekat
dengan Athena. Konstantin sendiri memilih kota ini sebagai pusat
pemerintahannya pada tahun 395 M, mengingat lokasinya yang sangat strategis.
Selain Konstantinopolis dan Konstantinopel,
Istanbul juga memiliki nama-nama lain pada masa lampau seperti Byzantion, Nova
Roma (Roma Baru), Konstantiniyye dan Islambol. Bangsa-bangsa lain juga menyebut
Istanbul dahulu dengan nama yang berbeda-beda, seperti Kanatorya (Polandia),
Aylana (Ceko), Cakduryan (Mongol) dan Vizenduvar (Hungaria).
Pada masa Kekaisaran Bizantium, terjadilah
Perang Salib antara kaum Kristen Eropa dengan Muslim. Pada tahun 1204, pasukan
Salib Keempat yang dikirim untuk merebut Yerusalem, mengepung dan menjarah
Konstantinopel yang notabene adalah ibukota dari Bizantium yang beragama
Kristen Ortodoks, setelah itu terbentuklah Kekaisaran Latin yang menjadikan
Konstantiopel sebagai ibukotanya. Namun, kekaisaran ini segera runtuh hanya
dalam waktu sekitar setengah abad dan Bizantium kembali menguasai penuh
Konstantinopel.
Beberapa abad kemudian, sebuah kekuatan yang
berkembang pesat yang dipimpin oleh Osman dan keturunannya lalu berhasil
menguasai sebagian besar bekas wilayah Bizantium baik di Eropa Tenggara maupun
Asia Kecil/Anatolia. Kekuatan yang bernama Kesultanan Utsmaniyah ini lalu pada
tanggal 29 Mei 1453 berhasil merebut Konstantinopel dari Bizantium, dan
menjadikan kota ini sebagai ibukota mereka hingga sekitar 5 abad kemudian.
Pada awal-awal masa Kesultanan Utsmaniyah,
kota ini disebut sebagai Konstantiniyye, namun bangsa Yunani Bizantium yang
masih tersisa menyebut kota ini dengan nama ‘E Stin Polis’ yang berarti
‘Dari/menuju ibukota’, nama itulah yang kemudian populer dan dilafalkan menjadi
Istanbul, yang menjadi nama kota ini hingga masa modern.
Pada masa Utsmaniyah pun, Istanbul memiliki
banyak nama dan julukan yang menunjukkan pentingnya kota bandar pelabuhan ini
dalam kehidupan mereka. Di antaranya adalah ‘Darussaade’ dari Bahasa Arab yang
berarti ‘pintu kebahagiaan’; Darulaliye/Deraliye’ yang berarti ‘pintu tinggi’,
makna yang sama juga berlaku untuk namanya yang lain: ‘Bab-i Ali’; ‘Payitaht’
yang berarti ‘ibukota’ atau ‘kaki tahta’; serta ‘Asitane’ yang bermakna ‘batas
negara’ dalam Bahasa Persia.
Bahkan meskipun sudah berganti nama perlahan menjadi Istanbul, pelafalan dari kata ini juga bermacam-macam dan berkembang, seperti Istinpol/Istinpolis, Istinbolin, Stinboli, Sitanbul, Estanbol, termasuk juga Setambul dalam Bahasa Melayu. Sebagai kedudukannya sebagai pusat Khilafah Islam, kota ini sering disebut sebagai ‘Islambol’.
Penulis_Muhammad Hayyi
Klaim DANA kaget klik disini