Riwayat Singkat Nama Istanbul: Kota 1001 Sejarah

Riwayat Singkat Nama Istanbul: Kota 1001 Sejarah
Gambar. expedia.co.id
HIRANKA.COM - Kota Istanbul merupakan salah satu kota tua yang penuh sejarah dan masih terus berkembang hingga saat ini. Meskipun bukan menjadi ibukota dari negara Turki, namun Istanbul tetap memegang peran penting sebagai pusat ekonomi, perdagangan, bisnis dan sosial budaya masyarakat di negeri bulan sabit itu.

Kota ini sejak dulu sudah menjadi kota penting dan pusat dari kekuatan-kekuatan besar dunia: Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Latin dan Kekhalifahan Utsmaniyah. Jika ditilik kebelakang, kota ini disebut sudah ditinggali sejak 8500 tahun lalu, menjadi pemukiman yang layak disebut sebagai kota sejak 3000 tahun lalu, serta sudah menjadi ibukota dan pusat pemerintahan sejak 1600 tahun lalu.

Sejarah Nama Istanbul

Istanbul sendiri sebelum ditaklukkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih II pada tahun 1453 di masa kekuasaan Kekaisaran Bizantium disebut dengan nama Konstantinopel/Konstantinopolis, yang berarti ‘Kota Konstantin’, mengambil nama dari Kaisar Konstantin I Yang Agung yang meresmikan kota di tepi Selat Bosporus itu sebagai ibukota kekaisarannya. Sebelum itu, Konstantinopel adalah pemukiman kecil yang ditinggali oleh orang-orang dari Megara, sebuah kota di pesisir timur Yunani yang cukup dekat dengan Athena. Konstantin sendiri memilih kota ini sebagai pusat pemerintahannya pada tahun 395 M, mengingat lokasinya yang sangat strategis.

Selain Konstantinopolis dan Konstantinopel, Istanbul juga memiliki nama-nama lain pada masa lampau seperti Byzantion, Nova Roma (Roma Baru), Konstantiniyye dan Islambol. Bangsa-bangsa lain juga menyebut Istanbul dahulu dengan nama yang berbeda-beda, seperti Kanatorya (Polandia), Aylana (Ceko), Cakduryan (Mongol) dan Vizenduvar (Hungaria).

Pada masa Kekaisaran Bizantium, terjadilah Perang Salib antara kaum Kristen Eropa dengan Muslim. Pada tahun 1204, pasukan Salib Keempat yang dikirim untuk merebut Yerusalem, mengepung dan menjarah Konstantinopel yang notabene adalah ibukota dari Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks, setelah itu terbentuklah Kekaisaran Latin yang menjadikan Konstantiopel sebagai ibukotanya. Namun, kekaisaran ini segera runtuh hanya dalam waktu sekitar setengah abad dan Bizantium kembali menguasai penuh Konstantinopel.

Beberapa abad kemudian, sebuah kekuatan yang berkembang pesat yang dipimpin oleh Osman dan keturunannya lalu berhasil menguasai sebagian besar bekas wilayah Bizantium baik di Eropa Tenggara maupun Asia Kecil/Anatolia. Kekuatan yang bernama Kesultanan Utsmaniyah ini lalu pada tanggal 29 Mei 1453 berhasil merebut Konstantinopel dari Bizantium, dan menjadikan kota ini sebagai ibukota mereka hingga sekitar 5 abad kemudian.

Pada awal-awal masa Kesultanan Utsmaniyah, kota ini disebut sebagai Konstantiniyye, namun bangsa Yunani Bizantium yang masih tersisa menyebut kota ini dengan nama ‘E Stin Polis’ yang berarti ‘Dari/menuju ibukota’, nama itulah yang kemudian populer dan dilafalkan menjadi Istanbul, yang menjadi nama kota ini hingga masa modern.

Pada masa Utsmaniyah pun, Istanbul memiliki banyak nama dan julukan yang menunjukkan pentingnya kota bandar pelabuhan ini dalam kehidupan mereka. Di antaranya adalah ‘Darussaade’ dari Bahasa Arab yang berarti ‘pintu kebahagiaan’; Darulaliye/Deraliye’ yang berarti ‘pintu tinggi’, makna yang sama juga berlaku untuk namanya yang lain: ‘Bab-i Ali’; ‘Payitaht’ yang berarti ‘ibukota’ atau ‘kaki tahta’; serta ‘Asitane’ yang bermakna ‘batas negara’ dalam Bahasa Persia.

Bahkan meskipun sudah berganti nama perlahan menjadi Istanbul, pelafalan dari kata ini juga bermacam-macam dan berkembang, seperti Istinpol/Istinpolis, Istinbolin, Stinboli, Sitanbul, Estanbol, termasuk juga Setambul dalam Bahasa Melayu. Sebagai kedudukannya sebagai pusat Khilafah Islam, kota ini sering disebut sebagai ‘Islambol’.



Penulis_Muhammad Hayyi
Klaim DANA kaget klik disini