Jokowi Cawe-Cawe, SBY Buat Buku dan Sebut Tak Masalah

Jokowi Cawe-Cawe, SBY Buat Buku dan Sebut Tak Masalah
Gambar. news.detik.com
HIRANKA.COM - Bola koalisi dan strategi pemenangan Pemilu 2024 mendatang semakin bergulir di antara partai-partai dan tokoh-tokoh elitnya. Salah satu yang paling menarik perhatian belakangan ini tentu saja adalah gerakan politik Partai Demokrat yang tampak susah ditebak dan menimbulkan banyak spekulasi.

Meskipun sudah diketahui berkoalisi dengan Nasdem dan PKS dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang menyokong Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang, 

namun berbagai pergerakan yang masif dilakukan oleh partai berlambang mercy ini dan elit politiknya mengindikasikan bahwa Demokrat masih memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk keluar bahkan menyeberang ke koalisi sebelah.

Setelah sebelumnya dihebohkan dengan cuitan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang dirinya yang naik kereta bersama Megawati dan Jokowi untuk pulang kampung. 

SBY kembali membuat banyak pihak bertanya-tanya dengan sikap politiknya setelah menerbitkan sebuah tulisan (buku) yang berjudul ‘Pemilihan Presiden 2024 dan Cawe-Cawe Jokowi. 

Hal ini wajar sebab posisi SBY sebagai sosok yang sangat penting dalam internal partai dan karena buku tersebut memang dimaksudkan untuk dibaca oleh para kader Partai Demokrat.

Beberapa pihak menyebut bahwa hal ini adalah sinyal lunak dari SBY bahwa dirinya meligitimasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Presiden Jokowi belakangan ini, dengan seringkali mempromosikan beberapa kandidat calon presiden dalam berbagai kesempatan.

Jokowi memang kedapatan beberapa kali seakan menyatakan dukungannya dengan halus kepada sebagian kandidat calon presiden yang akan berlaga dalam Pilpres 2024 mendatang, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. 

Prabowo sendiri disebut mendapat dukungan dari Jokowi berdasarkan beberapa klaimnya, dan ini dapat dipahami sebab meskipun 2 kali menjadi rival Jokowi dalam pilpres 2014 dan 2019, Prabowo akhirnya merapat ke pihak Jokowi dan kini menjadi salah satu menteri dalam kabinet pemerintahannya. 

Adapun Ganjar Pranowo adalah calon presiden yang resmi diajukan dan didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang notabene adalah partai politik Joko Widodo.

Sementara itu, hal yang cukup berbeda memang tampak jika membahas hubungan antara Jokowi dengan Anies Baswedan yang didukung oleh koalisi partai-partai yang kini menjadi oposisi pemerintahannya. Meskipun sempat menjadi Menteri Pendidikan Nasional beberapa saat di periode awal kepresidenan Jokowi, Anies hingga saat ini tidak pernah disebut oleh Jokowi sebagaimana dirinya membahas atau menyinggung Prabowo dan Ganjar.

SBY dalam tulisannya menangkap hal ini sebagai sinyal ‘ketidaksukaan’ Jokowi terhadap pencalonan Anies Baswedan. Namun menurut Presiden RI Ke-6 itu, SBY menilai bahwa bahwa hal itu tidak ada salahnya dan merupakan hak Jokowi sendiri. Ketidaksukaan Jokowi terhadap pencalonan Anies juga disebutnya bukan suatu pelanggaran dalam hukum dan merupakan skema yang normal dalam dunia politik.

Lebih lanjut lagi, SBY menjelaskan dalam tulisannya bahwa seandainya Jokowi pun melakukan kerja-kerja atau operasi politik untuk menjegal proses pencapresan Anies, hal itu masih dalam batas wajar selama Jokowi tidak menyalahgunakan kekuasannya dalam batas-batas konstitusi.

Pendapat SBY ini berlawanan dengan komentar banyak pihak yang menganggap bahwa ‘cawe-cawe’ Jokowi dalam urusan pencapresan ini adalah tanda bahwa ia tidak netral. Jokowi lalu dituntut untuk bersikap netral dan wajar mengingat posisinya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Namun, Karim Suryadi, seorang pakar dalam komunikasi politik menyebut bahwa hal ini malah sebuah kritik halus dari SBY kepada Jokowi. Ia menyebut bahwa hal ini semacam ‘serangan balik’ yang tersirat.

“Awalnya mimpi ngobrol sambil minum kopi, naik kereta bersama, terus sekarang menyerang balik,” sebutnya.

Hal ini disebutnya sebab setelah melegitimasi perlakuan Jokowi terhadap kandidat-kandidat calon presiden, SBY tetap melakukan kritik atas lima isu utama tentang ‘cawe-cawe’ presiden. Karim menyebut hal ini adalah bentuk kritik yang sangat santun.

Adapun jika disebut bahwa SBY mendukung Demokrat untuk keluar dari KPP, hal ini tampak tidak masuk akal sebab dalam bukunya, SBY juga menyatakan bahwa tindakan Moeldoko yang belakangan ini ingin merebut kursi pimpinan Partai Demokrat adalah salah satu usaha untuk menjegal pencapresan Anies.



Penulis_Muhammad Hayyi
Klaim DANA kaget klik disini