Gambar. www.bola.com |
Tim asal Bandung, Persib dan Persis Solo
bertemu pada laga minggu ke-32 Liga 1 musim ini di Stadion Pakansari, Bogor,
pada Selasa lalu (4/4). Laga ini berakhir dengan kemenangan untuk tim Maung
Bandung dengan skor 3-1. Namun sempat terjadi kericuhan yang menyebabkan laga
terhenti sejenak akibat tindakan kisruh suporter kedua klub di tribun penonton.
Tampak di pertengahan babak kedua, kericuhan
ini memuncak sehingga wasit harus menghentikan sementara laga ini saat
pertandingan memasuki menit ke-77.
Di tribun penonton, suporter kedua klub
terlihat saling melempar kursi, bahkan peristiwa itu sempat diwarnai oleh suara
tembakan petasan yang mencekam. Beberapa fasilitas stadion akhirnya mengalami
kerusakan.
Gesekan antar suporter ini terjadi di tribun
kosong yang menjadi batas dan penyekat antara area suporter Persib Bandung dan
Persis Solo.
Hingga kini belum dikonfirmasi apa sebenarnya
yang memicu kericuhan tersebut. Aparat keamanan termasuk kepolisian pun harus
merengsek ke are tribun untuk menertibkan situasi. Dibutuhkan sekira 13 menit
sehingga wasit dapat meniup peluit untuk melanjutkan kembali pertandingan yang
sempat terhenti.
Juru latih Persis Solo, Leonardo Medina
mengungkapkan kekecewaannya atas preseden buruk ini. Ia menyebut bahwa hal-hal
semacam ini sangat tidak bagus untuk iklim persepakbolaan Indonesia.
Lanjut pelatih asal Uruguay itu, kejadian ini
mengotori nilai sportivitas yang dijunjung tinggi dalam olahraga, termasuk
sepakbola. Pria 32 tahun itu juga menjelaskan bahwa hal inilah yang
menghancurkan masa depan olahraga terpopuler di tanah air itu.
Medina merasa bingung dengan peristiwa ini.
Karena seusai hal-hal kelam yang baru saja menimpa dunia sepakbola di
Indonesia, harusnya hal-hal semacam ini tidak terulang kembali.
“Kericuhan seperti ini seharusnya tidak
terjadi. Saya tidak paham. Tentu akan sangat menyedihkan jika ini kembali
terulang,” ungkapnya.
Pelatih yang pernah menangani klub raksasa Malaysia, Johor Darul Takzim ini lalu menyeru agar seluruh pihak memperbaiki situasi yang ada, termasuk para suporter yang juga merupakan bagian secara tidak langsung dari pertandingan.
Di Jabar Panas, Di Jatim Sejuk
Sementara itu, salah satu contoh bagaimana
seharusnya hubungan antar suporter ditunjukkan dengan sangat apik dalam
pertandingan yang mempertemukan klub ibukota, Persija Jakarta dengan Persebaya
Surabaya.
Pertandingan yang dijadwalkan pada Rabu (5/4)
itu diselenggarakan di markas Persebaya, Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Sejak awal kedatangannya di Surabaya, kelompok
suporter Persija yang dikenal sebagai The Jak atau Jakmania itu disambut dengan
hangat oleh kelompok suporter tim tuan rumah, Bonek.
Husain Ghozali, salah seorang perwakilan dari
Bonek menyebut bahwa hal ini untuk mulai menyatukan semua elemen suporter dan
memberi contoh yang baik.
“Football for unity. Nantinya kita mau
menyatukan semuanya dan berupaya menjadi suporter yang baik,” ucapnya.
Bahkan meskipun takluk oleh tim tamu dengan
skor 0-1, bus yang ditumpangi oleh pemain Persija Jakarta dikawal oleh Bonek,
hal ini untuk menepati komitmen yang telah disebutkan tadi.
Inisiatif semacam ini diharap dapat dicontoh
oleh kelompok suporter lainnya di Indonesia agar semakin menjunjung nilai
sportivitas dan rasa saling menghargai.
Penulis_Muhammad Hayyi