Memahami Konsep FOMO Beserta Penyebab dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Mental

Memahami Konsep FOMO Beserta Penyebab dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Mental
Gambar. freepik.com
HIRANKA.COM - Perasaan cemas tertinggal dengan orang lain, atau yang lebih dikenal sebagai FOMO (fear of missing out), seringkali muncul ketika seseorang terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial.

Hal tersebut dapat memicu perilaku impulsif untuk menyamai keadaan tanpa memikirkan konsekuensinya.

Kondisi ini berpotensi memberikan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang, bahkan bisa menimbulkan rasa khawatir dan depresi.

Beberapa faktor seperti kurangnya kepercayaan diri serta dorongan untuk diterima oleh lingkungan sekitar juga dapat menjadi penyebab timbulnya perasaan FOMO tersebut.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap individu untuk mengenali tanda-tanda dari FOMO dan mencari cara yang tepat dalam mengatasinya sebelum merusak kesehatannya secara keseluruhan.

Definisi FOMO

Menurut laporan dari Verywell Mind, FOMO atau Fear of Missing Out dapat diartikan sebagai perasaan takut tertinggal atau ketinggalan dengan orang lain yang terlihat sedang bahagia, memiliki kehidupan yang lebih baik atau melakukan sesuatu hal yang lebih menarik.

Perasaan ini sering dialami oleh pengguna media sosial, karena di platform tersebut kita mudah untuk melihat dan mengikuti aktivitas orang lain secara langsung.

Meskipun beberapa orang tidak merasakan dampak negatif dari unggahan tersebut, namun ada juga sebagian orang yang cenderung membandingkan diri sendiri dengan mereka hingga menimbulkan ketidakpercayaan diri dan rasa cemas.

Ketakutan akan ketinggalan atau FOMO juga berdampak pada kesehatan mental individu. Orang yang terus menerus merasa tertekan atau khawatir karena informasi yang mereka temukan di media sosial dapat mengalami penurunan mood, kecemasan bahkan hingga depresi.

Hal tersebut dikarenakan membandingkan hidup sendiri dengan orang lain secara tidak sehat dapat memicu perasaan rendah diri dan sedih dalam jangka panjang.

Faktor penyebab FOMO

Menurut Verywell Family, media sosial dapat memicu FOMO pada individu yang aktif bermain media sosial.

Hal tersebut dikarenakan mereka takut tertinggal dan merasa tidak keren ketika melihat unggahan teman atau orang lain yang sedang bersenang-senang atau melakukan kegiatan yang tidak dilakukan oleh dirinya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Psychological Research and Intervention pada tahun 2019 menyatakan bahwa tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah daripada orang lain dapat menjadi penyebab FOMO.

 Kondisi ini umum ditemukan pada partisipan yang berusia 18 hingga 25 tahun karena adanya tuntutan untuk memiliki relasi sosial yang baik dengan orang lain.

 Penggunaan media sosial yang berlebihan dan perasaan takut akan tertinggal muncul untuk menghindari penolakan secara sosial, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada World Journal of Clinical Cases pada 2021.

 Akibatnya, seseorang dapat cenderung membuka media sosial secara terus-menerus, bahkan mengorbankan waktu tidur dan aspek kehidupan lainnya.

Dampak yang disebabkan FOMO

Menurut WebMD, tingkat fear of missing out yang tinggi dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Beberapa dampak FOMO yang mungkin dialami antara lain:

  • Perasaan yang selalu cemas, suasana hati yang buruk, dan mengalami emosi negatif yang terus-menerus.
  • Selalu merasa kurang puas atas kehidupan yang dimilikinya sekarang dan cenderung merasa tidak aman dalam relasi sosial yang lebih akrab
  • FOMO juga dapat menyebabkan rasa tidak puas dengan kebutuhan psikologis pribadi seperti perasaan untuk dekat dengan orang lain
  • Kecenderungan untuk menggunakan minuman beralkohol sebagai mekanisme koping atau pertahanan diri dapat meningkat
  • Seseorang yang takut tertinggal juga cenderung membutuhkan persetujuan orang lain dan sulit menikmati hidup karena terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain.

Untuk mencegah dampak negatif ini, disarankan bagi individu yang memiliki kecenderungan FOMO dan sering membandingkan diri dengan orang lain untuk membatasi penggunaan media sosial.



Penulis – Nabila Dwi Ariati