Gambar. www.freepik.com |
Akibatnya, barang-barang itu akan menumpuk pada tempat yang sedang di tinggalinya sehingga dapat menyebabkan masalah pada kesehatan bagi para penderitanya juga orang lain yang sedang tinggal bersama penderita tersebut.
Apa hoarding disorder itu?
Melansir dari Mayo
Clinic, hording disorder merupakan kesulitan untuk menjauhkan atau membuang
benda yang dimiliki karena terdapat keinginan yang kuat untuk menyimpan
barang-barang tersebut.
Lalu, para penderita
hording disorder akan merasakan stress saat dirinya harus membuang
barang-barang itu. Karena hal itu lah, barang-barang yang dimiliki penderita
hording disorder menjadi terus menumpuk banyak dan bertambah banyak, padahal
sebagian dari barang-barang tersebut cenderung tidak berguna bahkan sudah
rusak.
Barang-barang yang disimpan oleh penderita hording disorder kemudian akan membuat ruangan menjadi penuh akibatnya akan menggangu kehidupan dan aktivitas di setiap harinya.
Faktor penyebab hoarding disorder
Mengutip dari Mayo
Clinic, faktor yang menjadi penyebab hoarding disorder sampai saat ini masih
belum diketahui secara pasti. Tetapi, banyak ahli yang berpendapat bahwa
kondisi tersebut di pengaruhi oleh fungsi otak, gen, dan kejadian yang dapat
memicu terjadinya stres.
Di lain sisi, menurut NHS hording disorder keranp kalo dikaitkan dengan kesehatan pada mental, seperti:
- Mengalami depresi yang terbilang cukup parah
- Mempunyai gangguan pada psikotik, seperti schizophrenia
- Mempunyai obsessive compulsive disorder atau OCD
Di beberapa kasus lain, kemunculan kondisi tersebut dipengaruhi oleh kurangnya rasa kepedulian kepada diri sendiri , seperti:
- Tinggal seorang diri
- Tak kunjung menikah
- Mempunyai kekurangan pada masa kanak-kanak, baik kekurangan secara finansial hingga tidak mempunyai hubungan yang baik diantara anggota keluarga yang lain
- Sebelumnya di dalam keluarga terdapat anggota yang memiliki riwayat hoarding
- Bertempat tinggal di rumah yang tidak memperhatikan kebersihan dan tidak memiliki kebiasaan untuk menyortir barang yang tidak berguna
Penderita hoarding
disorder atau gangguan mental yang membuat penderitanya gemar menumpuk dan
mengumpulkan barang juga kerap kali menganggap bahwa barang-barang tersebut
akan berguna di masa yang akan datang sehingga cenderung untuk tidak mempunyai
keinginan akan membuangnya.
Walaupun begitu, pada
umumnya barang-barang yang sudah disimpan adalah barang-barang yang tidak memiliki nilai tertentu, atau bisa
dibilang sebagai sampah. Selain itu, penderita hording disorder akan beranggapan
bahwa barang yang telah disimpan mempunyai nilai yang sentimentil atau memiliki
nilai estetika tersendiri.
Beberapa penderita hoarding disorder yang lain mempunyai kecenderungan untuk menimbun barang-barang dan dijadikan sebagai pertahanan diri dari situasi yang dapat mengakibatkan stres atau mekanisme koping, seperti disebabkan oleh ada anggota keluarga atau bahkan pasangan yang meninggal.
Strategi penanganan hoarding disorder
Penderita hoarding
disorder cenderung tidak merasa bahwa dirinya sedang memiliki suatu gangguan
kesehatan tertentu. Sedangkan pada penderita lain, mereka dapat merasakan bahwa
menang perilaku dirinya tidak sehat tetapi tidak ingin mencari tahu dengan
bantuan medis karena merasa bersalah juga malu.
Melansir dari Mayo
Clinic, strategi penanganan hoarding disorder pada umumnya dengan menggunakan
terapi perilaku kognitif (CBT) serta mengkonsumsi obat-obatan tertentu ketika
menemukan gangguan kesehatan mental yang lain, seperti depresi atau kecemasan.
Memahami disorder
hoarding saja tidaklah cukup. Karena itu, anda disarankan untuk segera mencari
bantuan medis saat memiliki atau mengalami kerabat atau diri sendiri memiliki
kondisi tersebut. Semoga bermanfaat!
Penulis - Nabila Dwi
Ariati