Gambar. nasional.kompas.com |
Di antara pemilihan tersebut tentu yang paling bergengsi
dan memikat adalah pemilihan presiden (pilpres) yang memperebutkan kursi
jabatan tertinggi di negeri ini.
Hal lain yang membuat pilpres 2024 semakin menarik adalah sebab Presiden Joko Widodo, sudah menjabat selama 2 periode dan tidak dapat kembali mencalonkan diri untuk menjadi presiden.
Presiden Jokowi
sendiri meskipun sempat didengungkan oleh beberapa pendukungnya untuk maju
menyongsong periode ketiga, dengan tegas menolak hal tersebut sebab jelas-jelas
menentang konstitusi.
Sejauh ini sudah ada beberapa partai yang resmi mengumumkan calon presiden yang mereka usung, bahkan lebih jauh lagi meresmikan koalisi politik di antara mereka.
Yang paling baru tentu adalah
penetapan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden oleh partainya, PDI Perjuangan.
Namun sebuah wacana besar juga tampak terus bergulir, hal itu adalah dugaan tengah dijajaknya pembentukan koalisi baru yang melibatkan gabungan dari koalisi-koalisi yang sudah ada, dan notabene berisi partai politik pendukung pemerintahan Joko Widodo.
Koalisi yang disebut dengan
istilah sementara ‘Koalisi Besar’ ini sudah santer diperbincangkan sejak
beberapa bulan lalu.
Sebagaimana diketahui, partai politik pendukung pemerintah kini terpecah dalam beberapa koalisi. Gerindra dan PKB tergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
PAN, Golkar dan PPP tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), PDI-P sendiri masih percaya diri dan sejauh ini belum bergabung dalam koalisi manapun. Adapun Nasdem memilih keluar jalur bergabung dengan partai-partai oposisi pemerintahan dan membentuk Koalisi Perubahan.
Pada bulan lalu lima partai (selain Nasdem dan PDI-P) diketahui mengadakan perkumpulan yang tampak informal namun mengundang banyak pertanyaan. Para elit dari masing-masing partai yang hadir di tempat itu menyebut bahwa itu adalah pertemuan silaturahmi biasa saja.
Mereka juga
menyangkal secara halus bahwa pertemuan itu secara spesifik membahas tentang
pembentukan Koalisi Besar, meskipun para elit parpol itu juga menyebut tidak
menutup kemungkinan akan hal tersebut dan terbuka terhadap dinamika politik.
Setelah itu dikabarkan bahwa Presiden Jokowi juga sempat memanggil para ketua
partai dan membahas beberapa hal.
Namun di awal bulan ini, dugaan keseriusan
wacana pembentukan Koalisi Besar ini kembali menguat, terutama setelah Presiden
Jokowi sekali lagi mengundang para ketua umum partai pro pemerintah ke Istana
Negara pada 2 Mei lalu.
Para ketua partai yang diketahui hadir
memenuhi undangan tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto;
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto; Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan;
Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar; Plt. Ketua Umum PPP, Muhamad Mardiono,;
serta Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Tentu hal yang dibahas dalam pertemuan
tersebut menjadi pertanyaan publik, terutama setelah diketahui bahwa Ketua Umum
Partai Nasdem, Surya Paloh tidak diundang. Ini diduga sebab Nasdem sudah berada
di luar barisan parpol pro pemerintahan akibat berkoalisi dengan parpol
oposisi: Demokrat dan PKS.
Saat ditanya tentang topik pertemuan, Prabowo
hanya menjawab bahwa yang dibahas adalah perkembangan ekonomi Indonesia
kedepannya. Adapun Airlangga Hartanto menyebut bahwa itu hanyalah pertemuan
biasa dan silaturahmi antar partai pro pemerintah, juga sempat dibicarakan pasal
pembangunan, adapun tentang koalisi besar dan pencapresan tidak dibahas.
Senada dengan dua ketum partai tersebut, Viva
Yoga Mauladi selaku Wakil Ketua Umum PAN menyebut bahwa pertemuan itu adalah
silaturahmi dalam rangka penguatan ikatan kebangsaan dan juga penyatuan tekad
untuk mewujudkan pemilu yang lebih berkualitas.
Namun komentar yang agak berbeda disampaikan oleh Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M. Romahurmuziy, sebelum pertemuan dimulai ia menyebut bahwa bertemunya para ketum parpol dengan Presiden adalah untuk membahas tentang konfigurasi capres dan cawapres yang akan diajukan oleh Koalisi Besar.
Lebih jauh lagi Rommy menyebut bahwa formasi yang akan diajukan
kemungkinan besar adalah Ganjar sebagai capres dan Prabowo sebagai
pendampingnya.
Entah pernyataan siapa yang paling benar, namun tentu patut untuk ditunggu kelanjutan dari dinamika politik ini.
Penulis_Muhammad Hayyi
Klaim DANA kaget klik disini