Gambar. news.detik.com |
Turkiye yang sejak tahun 2018 lalu menghapuskan jabatan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan, berdasarkan referendum yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
Pemimpin Turkiye, Erdogan
untuk seterusnya menjabat sekaligus sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan, dan pada pemilu presidensial pertama di abad ke-21, ia terpilih
sebagai presiden negara dua benua itu pada periode 2018-2023.
Petahana Recep Tayyip Erdogan yang berlatar belakang nasionalis-religius dan mendukung sistem presidensial pada pemilu kali ini ditantang oleh pemimpin utama oposisi, Kemal Kilicdaroglu yang didukung oleh koalisi besar 6 partai oposisi dengan latar belakang berbeda.
Di barisan
oposisi terdapat partai yang berhaluan nasionalis, progresif dan sekuler hingga
partai dengan latar belakang Islam dan konservatif, namun secara umum mereka
menentang ‘otoritarianisme’ yang dianggap dilakukan oleh Erdogan dan ingin
mengembalikan sistem parlementer dan jabatan perdana menteri.
Selain Erdogan dan Kemal, dua calon lain juga sebelumnya ikut berpartisipasi pada pilpres kali ini. Salah satunya adalah Sinan Ogan yang didukung oleh Koalisi ATA yang berlatar belakang ultra-nasionalis. Nama lainnya adalah Muharrem Ince yang merupakan pesaing Erdogan pada pilres 2018 lalu dan didukung oleh partai bentukannya sendiri, Partai Tanah Air (Memleket Partisi).
Namun, 3 hari menjelang pilpres berlangsung, Ince menyatakan menarik diri dari pencalonan dengan alasan persaingan kotor dan fitnah-fitnah yang banyak dilontarkan atas dirinya menjelang hari pemilihan.
Hasil yang Mengejutkan
Di antara 3 calon yang bertarung, persaingan antara Erdogan dan Kemal-lah yang paling menarik perhatian. Sebelum pemilihan berlangsung banyak pihak termasuk lembaga-lembaga survei lebih mengunggulkan Kemal untuk memenangkan kontestasi politik ini dengan margin berkisar 3-9 persen.
Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang terus berlangsung hingga
kini dan masalah imigran dan pengungsi yang semakin lama semakin mengkhawatirkan,
juga lambatnya penanganan atas dampak musibah gempa bumi yang melanda wilayah
selatan Turkiye beberapa bulan lalu dianggap merugikan elektabilitas Erdogan.
Kedua pihak juga gencar melakukan kampanye di
berbagai kota besar di Turkiye. Di Istanbul saja, Kemal bersama koalisinya
berhasil mengumpulkan ratusan ribu warga Turkiye pada kampanyenya dan keesokan
harinya langsung dibalas oleh Erdogan dengan menghadirkan 1.700 ribu orang pada
kampanyenya.
Namun setelah proses pemilihan resmi ditutup pada Minggu, 14 Mei pukul 17.00 kemarin, seluruh lembaga dan media yang melakukan perhitungan tidak resmi menunjukkan bahwa Erdogan unggul dengan margin suara tipis atas pesaingnya, Kemal Kilicdaroglu.
Lanjut Putaran Kedua
Lembaga Tinggi Pemilihan (YSK) Turkiye yang setara dengan KPU memang belum mengeluarkan pernyataan resmi jumlah suara yang diraih oleh kedua capres.
Namun berdasarkan perhitungan tidak resmi yang dilansir dari
media Anadolu Ajansi, dengan persentase TPS yang sudah dibuka sejumlah 99,87%,
Erdogan meraih 27.088.360 suara atau presentase 49.50%, Kemal mendapat
24.568.196 atau 44.89%, sedangkan Ogan meraih 2.829.634 suara atau 5.17%.
Menurut peraturan yang ada, untuk memenangkan pemilu pada putaran pertama, seorang calon presiden harus meraih suara minimal 50%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, YSK akhirnya mengumumkan bahwa pilpres
berlanjut ke putaran kedua dengan dua calon pemilik suara terbesar, Recep
Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu. Adapun putaran kedua akan dilaksanakan
pada hari Minggu, 28 Mei 2023 mendatang.
Penulis_Muhammad Hayyi
Klaim DANA kaget klik disini