Berkuasa 21 Tahun, Erdogan Kini Hadapi Pilpres Tersulit Sepanjang Karirnya

Berkuasa 21 Tahun, Erdogan Kini Hadapi Pilpres Tersulit Sepanjang Karirnya
Gambar. dunia.rmol.id
HIRANKA.COM - Tidak hanya Indonesia yang bergelora penuh semangat menyambut pesta demokrasi yang akan digelar tahun depan. Negara Turki (Türkiye) akan lebih dahulu menggelar pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 14 Mei mendatang.

Publik Turki tampak sangat antusias menyambut gelaran demokrasi 5 tahunan ini. Selain akan memilih presiden sebagai pejabat tertinggi negara, rakyat negeri bulan sabit itu juga pemilu tahun ini akan memilih anggota Majelis Besar Rakyat yang merupakan badan legislatif negara itu. 

Adapun pada pemilu 2024 mendatang barulah mereka akan memilih pejabat lokal dan wilayah setingkat provinsi dan kota beserta anggota badan legislatifnya.

Pada pemilu tahun ini, tentu yang paling menarik perhatian adalah arena pertarungan pemilihan presiden. Banyak media menilai bahwa setelah selama 21 tahun berkuasa dan memenangkan pemilu demi pemilu tanpa perlawanan yang berarti, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan akan menjalani pemilu terberatnya pada tahun ini.

Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi yang melanda negeri dua benua tersebut, berikut lonjakan inflasi yang melonjak tinggi terutama pasca pandemi COVID-19 dan mencapai puncaknya pada tahun 2022 lalu.

Erdoğan yang memulai karir politiknya sebagai Gubernur Istanbul, lalu kemudian menjadi Perdana Menteri Turki dan Presiden Turki, merupakan pendiri dan pimpinan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti). 

Pria berusia 69 tahun itu akan menjalani pemilu keduanya sebagai Presiden. Hal ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan Turki yang membolehkan seseorang untuk mencalonkan diri sebagai presiden sejak tahun 2017.

Erdoğan pada pilpres pertamanya, berhasil menang dalam satu putaran setelah mengantongi suara sebanyak 26 juta pemilih atau setara dengan 52,59% dari total suara. Hal ini membuktikan bahwa ia sangat populer di kalangan pemilik suara pada saat itu.

Namun berdasarkan dinamika politik Turki yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi terbaru, media menyebut bahwa Erdoğan akan cukup sulit memenangkan pemilu tahun ini. Pesaing terberatnya datang dari Koalisi Oposisi yang sering disebut sebagai Meja Enam Partai (Altı Masa). 

Koalisi Oposisi yang awalnya terbentuk dari kerjasama 6 partai politik oposisi Erdoğan itu bahkan kini berkembang menjadi koalisi 9 partai.

Koalisi Oposisi yang memilih nama Millet Ittifaki mengajukan Kemal Kiliçdaroğlu sebagai calon presiden. Kemal merupakan sosok lama di dunia perpolitikan Turki adalah pemimpin utama oposisi Turki dan Ketua Umum Partai Rakyat Republik (CHP), partai oposisi terbesar yang dahulu dibentuk oleh Mustafa Kemal Atatürk pada tahun 1923.

Erdoğan sendiri resmi diajukan sebagai calon presiden oleh Koalisi Pemerintah yang digagas oleh dua partai besar, AK Parti dan Partai Pergerakan Nasionalis (MHP). Gabungan dari partai yang bercorak agamis konservatif (AK Parti) dan nasionalis (MHP) ini memilih nama Cumhur Ittifaki sebagai nama koalisi mereka.

Beberapa survei menunjukkan persaingan yang sangat ketat di antara dua calon pemimpin Turki ini. Namun sebagaimana dilansir dari euronews., kebanyakan survei tampaknya lebih mengunggulkan Millet Ittifaki dengan Kemal Kiliçdaroğlu-nya untuk memenangkan pemilu.

Hal ini dibantah oleh Erdoğan sendiri dalam berbagai kampanyenya. Pada kampanye terbaru yang digelar di Lapangan Bandara Atatürk, Istanbul (8/5), Erdoğan menyebut bahwa angka-angka survei hanyalah rekaan pihak-pihak  yang tidak ingin dirinya memenangkan pemilu. 

Pihaknya juga mengklaim bahwa kampanye hari itu menjadi bukti bahwa rakyat Turki masih menginginkan Erdoğan untuk melanjutkan pekerjaannya, sebab dilansir jumlah simpatisan yang hadir mencapai 1,7 juta orang.



Penulis_Muhammad Hayyi