Gambar. dunia.rmol.id |
Publik Turki tampak sangat antusias menyambut gelaran demokrasi 5 tahunan ini. Selain akan memilih presiden sebagai pejabat tertinggi negara, rakyat negeri bulan sabit itu juga pemilu tahun ini akan memilih anggota Majelis Besar Rakyat yang merupakan badan legislatif negara itu.
Adapun pada pemilu 2024 mendatang barulah mereka akan
memilih pejabat lokal dan wilayah setingkat provinsi dan kota beserta anggota
badan legislatifnya.
Pada pemilu tahun ini,
tentu yang paling menarik perhatian adalah arena pertarungan pemilihan
presiden. Banyak media menilai bahwa setelah selama 21 tahun berkuasa dan
memenangkan pemilu demi pemilu tanpa perlawanan yang berarti, Presiden Turki
Recep Tayyip Erdoğan akan menjalani pemilu
terberatnya pada tahun ini.
Hal ini merupakan
imbas dari krisis ekonomi yang melanda negeri dua benua tersebut, berikut
lonjakan inflasi yang melonjak tinggi terutama pasca pandemi COVID-19 dan mencapai
puncaknya pada tahun 2022 lalu.
Erdoğan yang memulai karir politiknya sebagai Gubernur Istanbul, lalu kemudian menjadi Perdana Menteri Turki dan Presiden Turki, merupakan pendiri dan pimpinan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti).
Pria berusia 69 tahun itu akan menjalani pemilu keduanya sebagai Presiden. Hal
ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan Turki yang membolehkan seseorang
untuk mencalonkan diri sebagai presiden sejak tahun 2017.
Erdoğan pada pilpres pertamanya, berhasil menang dalam satu
putaran setelah mengantongi suara sebanyak 26 juta pemilih atau setara dengan
52,59% dari total suara. Hal ini membuktikan bahwa ia sangat populer di
kalangan pemilik suara pada saat itu.
Namun berdasarkan dinamika politik Turki yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi terbaru, media menyebut bahwa Erdoğan akan cukup sulit memenangkan pemilu tahun ini. Pesaing terberatnya datang dari Koalisi Oposisi yang sering disebut sebagai Meja Enam Partai (Altı Masa).
Koalisi Oposisi yang awalnya terbentuk dari
kerjasama 6 partai politik oposisi Erdoğan
itu bahkan kini berkembang menjadi koalisi 9 partai.
Koalisi Oposisi yang
memilih nama Millet Ittifaki mengajukan Kemal Kiliçdaroğlu sebagai calon presiden. Kemal merupakan sosok lama di
dunia perpolitikan Turki adalah pemimpin utama oposisi Turki dan Ketua Umum
Partai Rakyat Republik (CHP), partai oposisi terbesar yang dahulu dibentuk oleh
Mustafa Kemal Atatürk pada tahun 1923.
Erdoğan sendiri resmi diajukan sebagai calon presiden oleh
Koalisi Pemerintah yang digagas oleh dua partai besar, AK Parti dan Partai
Pergerakan Nasionalis (MHP). Gabungan dari partai yang bercorak agamis
konservatif (AK Parti) dan nasionalis (MHP) ini memilih nama Cumhur Ittifaki
sebagai nama koalisi mereka.
Beberapa
survei menunjukkan persaingan yang sangat ketat di antara dua calon pemimpin
Turki ini. Namun sebagaimana dilansir dari euronews., kebanyakan survei
tampaknya lebih mengunggulkan Millet Ittifaki dengan Kemal Kiliçdaroğlu-nya untuk memenangkan pemilu.
Hal ini dibantah oleh Erdoğan sendiri dalam berbagai kampanyenya. Pada kampanye terbaru yang digelar di Lapangan Bandara Atatürk, Istanbul (8/5), Erdoğan menyebut bahwa angka-angka survei hanyalah rekaan pihak-pihak yang tidak ingin dirinya memenangkan pemilu.
Pihaknya juga mengklaim bahwa kampanye hari itu menjadi bukti bahwa rakyat Turki masih menginginkan Erdoğan untuk melanjutkan pekerjaannya, sebab dilansir jumlah simpatisan yang hadir mencapai 1,7 juta orang.
Penulis_Muhammad Hayyi