Gambar: pks.id |
Begitu pula dinamika yang terjadi dalam menyongsong pemilihan presiden yang juga akan dilaksanakan tahun depan. Beberapa nama bahkan sudah resmi diusung sebagai capres oleh partai-partai politik.
Anies Baswedan misalnya, mantan gubernur DKI Jakarta itu sudah sejak
beberapa bulan lalu resmi diusung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem)
sebagai bakal calon presiden.
Pilpres 2024: Anies Resmi Diusung PKS, Demokrat Masih Labil
Koalisi Perubahan yang santer didengungkan oleh Nasdem belakangan ini memang sudah cukup dekat di antara Nasdem, Partai Demokrat, maupun Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun hingga kini belum ada deklarasi resmi dukungan ketiga partai itu sebagai koalisi terhadap Anies.
Meskipun Wakil Ketua Umum Nasdem, Ahmad Ali menyampaikan bahwa Nasdem percaya
Demokrat sudah mendukung Anies secara defacto.
Adapun PKS, sudah secara resmi memberikan
dukungan kepada Anies Baswedan pada tanggal 23 Februari lalu, setelah hal ini
disetujui dalam Musyawarah Majelis Syuro (MMS) partai berlambang padi dan bulan
sabit itu.
Akan tetapi, yang tampak masih menjadi batu
ganjalan untuk bakal Koalisi Perubahan ini menyatakan dukungannya secara resmi
adalah sebab pasal bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi
Anies.
Setiap partai dalam bakal koalisi tersebut disebut memiliki nama-nama sendiri yang dianggap cocok untuk menjadi pendamping Anies Baswedan. Nasdem sendiri disebut mengunggulkan nama Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur untuk menjadi cawapres Anies.
Adapun internal
dan akar rumput PKS nampak menjagokan Ahmad Heryawan, mantan Gubernur Jawa
Barat untuk posisi tersebut.
Namun dilansir dari detiknews, PKS dan Nasdem
tampak tidak mempermasalahkan jika akhirnya cawapres Anies tidak berasal dari
kader kedua partai itu.
Hal ini disampaikan oleh Ahmad Ali, Wakil
Ketua Umum Nasdem. Ia bahkan menyebut bahwa jikalau ternyata cawapres Anies
berasal dari luar partai, akan lebih baik. Sebab menurutnya koalisi perubahan
mendukung semangat kesetaraan yang artinya siapa saja bisa diajukan dan
mendapat porsi dukungan yang sama.
Sekjen PKS, Habib Abu Bakar Alhabsyi juga
menyampaikan bahwa bukan masalah jika pendamping Anies ternyata bukanlah kader
partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa PKS dan Nasdem sepaham tentang hal
ini.
Namun di sisi lain, Partai Demokrat tampak
lebih alot dalam negosiasi dalam koalisi. Partai berlambang mercy ini memang
sudah menjagokan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai bakal capres dari
partainya.
Banyak pengamat politik menyebut bahwa
kemungkinan besar Demokrat akan berusaha agar AHY lah yang dipilih oleh Anies
sebagai cawapresnya. Jika nantinya Anies ternyata memilih nama lain,
diprediksikan hal ini akan mempengaruhi dinamika politik yang sudah ada.
Ray Rangkuti, pengamat politik yang juga
merupakan Direktur Lingkar Madani (Lima) menyebut bahwa AHY adalah cawapres
yang ideal untuk Anies Baswedan.
Sebab jikalau ternyata Anies memilih nama
lain, maka kemungkinan besar Demokrat akan keluar dari bakal koalisi, dan
Koalisi Perubahan yang sudah digadang-gadang pun otomatis akan bubar sebab
belum memenuhi presidential treshold.
Pemilihan AHY sebagai cawapres Anies disebut
juga sebagai win-win solution. Surya Paloh, Ketua Umum partai Nasdem bahkan
menyebut bahwa AHY merupakan sosok yang pantas sebagai pendamping Anies untuk
berkontestasi dalam Pilpres 2024.
“Kalau ditanya pantas, sekali lagi saya
katakan, lebih dari pantas,” begitu ujar Surya seusai pertemuan dengan AHY di
Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat.
Namun Surya tetap menegaskan bahwa nama
cawapres merupakan hak prerogatif Anies dan dialah yang akan memutuskan. Hal
ini patut untuk ditunggu sebab akan sangat mempengaruhi cairnya koalisi-koalisi
antar partai politik.
Penulis - Muhammad Hayyi