Gambar. www.suara.com |
Hal itu terjadi setelah Sabil menulis komentar kritikan di salah satu postingan Ridwan Kamil di media sosial Instagram.
Bersama dengan itu pula, beredar screenshot
layar yang menampilkan gubernur Ridwan Kamil atau yang biasa dipanggil kang
Emil itu membagikan bukti komentar yang berisi kritikan Sabil via pesan di
Instagram atau DM ke akun SMK Telkom Sekar Kemuning yang tak lain adalah tempat
mengajar Sabil.
Setelah mengirim komentar tersebut kang
Emil pun merespons dan berkata jika seorang guru tidak pantas seperti itu.
Pihak sekolah pun dengan cepat menggapi masalah tersebut, pihak sekolah tempat
Sabil mengajar itu pun memohon maaf dan akan menindak lanjuti Sabil dengan
tegas dan semestinya.
Justito Adiprasetio yang menjabat sebagai
PKSDM Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran mejelaskan bahwa dalam
pengamatan komunikasi publik pesan DM dari kang Emil dapat dilihat dari segi
intensi dan efek.
Tito juga menjelaskan bahwa sampai saat
ini masyarakat Indonesia masih penuh dengan eufemisme yang diwariskan dari
zaman otoritarianisme era orde baru. Karena hal itulah kebanyakan masyarakat
Indonesia salah memahami arti-arti dari setiap kata.
Hal seperti itulah yang terkadang membuat suatu kata menjadi multitafsir dan tidak sesuai dengan konteks. Hal seperti itu juga yang berpengaruh pada penerima pesan dan apa yang akan di nilai.
Meskipun pesan dari kang Emil ditulis dengan begitu singkat namun ada dampak pemikiran atau psikologis yang akan dirasa oleh pihak yang menerima tulisan pesan tersebut.
Kang Emil juga sudah mengklarifikasi terkait masalah pemecatan guru honorer yang mengajar di SMK Telkom Sekar Kemuning Cirebon tersebut akibat mengkritik dirinya di media sosial Instagram,
kang Emil meluruskan bahwa untuk menyikapi mencuatnya berita tentang kritikan
seorang guru honorer atas dirinya, kang Emil juga mengatakan bahwa ia kaget
dengan viralnya berita tersebut.
Gubernur Jawa Barat tersebut juga mengatakan bahwa menjadi seorang pemimpin itu harus terbuka dengan semua kritikan yang masuk, walaupun kritikan itu dengan bahasa yang kasar.
Kang Emil
juga menjelaskan bahwa dia sudah terbiasa dengan kritikan tersebut dan
menanggapi kritikan tersebut dengan penjelasan ilmiah dan terkadang juga dengan
candaan.
Kang Emil juga menilai bahwa pemberhentian
Sabil sebagai guru honorer SMK Cirebon tersebut berhubungan dengan profesi
Sabil yang merupakan guru, dimana guru itu merupakan teladan bagi
murid-muridnya.
Mungkin pemecatan Sabil tersebut didasari
dengan pihak sekolah yang tak ingin anak didiknya melihat dan meniru perbuatan
yang tak semestinya dari seorang guru yang mengajar. Maka dari itulah institusi
atau yayasan tersebut menindaklanjuti Sabil dengan tegas.
Menanggapi masalah pemecatan seorang guru honorer tersebut, kang Emil menjelaskan bahwa dirinya sudah menghubungi pihak institusi untuk membatalkan keputusan tersebut.
Dan kang Emil meminta kepada
pihak institusi untuk menasihatinya dan memberikan peringatan saja kepada yang
bersangkutan.
Kang Emil juga menuturkan bahwa segala
sesuatu itu di zaman media sosial yang semakin berkembang tanpa sensor
kewajiban untuk saling menasihati secara baik-baik, bersabar, dan bijak dalam
menggunakan sosial media harus diterapkan
mulai dari pemerintah, orang tua, guru, maupun yang lainnya agar generasi
selanjutnya dapat hidup dengan peradaban mulia.
Penulis - Nabila Dwi Ariati