Presiden Erdogan: Pemilihan Umum Turki Pada 14 Mei

HIRANKA.COM - Presiden Republik Turki Recep Tayyip Erdogan pada tahun lalu menyatakan bahwa pemilihan umum Turki selanjutnya akan dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu sekitar Juni 2023. Pada saat itu pernyataan ini membungkam banyak spekulasi tentang pemilihan umum yang akan dimajukan.

Akan tetapi pada Sabtu (21/1/2023) lalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa pemilihan parlemen dan presiden akan dilaksanakan pada tanggal 14 Mei mendatang, ini berarti agak maju sekitar satu bulan dari pengumuman yang dibuatnya tahun lalu.

Presiden Erdogan: Pemilihan Umum Turki Pada 14 Mei

Erdogan yang telah memimpin Turki sebagai Perdana Menteri selama 11 tahun, dan selaku Presiden negara berbendera bulan sabit bintang itu sejak tahun 2014, berencana akan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.

Pernyataan itu termuat dalam sebuah video berisi acara konferensi yang berlokasi di provinsi Bursa.

Penetapan tanggal ini telah disiggung sejak minggu lalu. Kemudian ia menyatakan akan melakukan pengumuman resmi pada tanggal 10 Maret, lalu kemudian Dewan Pemilihan Tertinggi Turki (semacam KPU) akan mempersiapkan jalannya pesta demokrasi tersebut.

Pada pemilihan yang akan dilaksanakan, calon presiden harus memperoleh minimal 50% suara jika ingin terpilih melalui satu putaran saja. Jika tidak ada calon yang meraih 50% suara, maka pemilihan akan dilanjutkan dengan putaran kedua.

Diprediksi pemiliihan tahun ini akan menjadi yang cukup sengit dan menentukan. Erdogan yang telah memimpin Turki selaku Perdana Menteri dan Presiden selama hampir 20 tahun akan dihadapkan pada pemilihan tersulitnya. Beberapa faktor terutama ekonomi dan inflasi  Turki yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab hal itu.

Namun hal lain yang menguntungkan Erdogan adalah dinamika politik partai-partai oposisinya. Aliansi oposisi enam partai sampai sejauh ini belum mengumumkan nama calon presiden mereka. Adapun sebuah partai pro-Kurdi dengan jumlah kursi terbesar ketiga di parlemen negeri itu dikeluarkan dari aliansi oposisi tersebut dan tampaknya akan mengumumkan calon presiden dari partai mereka sendiri.

Diketahui bahwa salah satu penyebab dimajukannya tanggal pemilihan adalah sebab pada bulan Juni hari pemilihan akan jatuh pada tanggal yang sama dengan hari besar keagamaan dan libur musim panas. Salah satu anggota partai pemerintah lalu mengusulkan percepatan pemilu agar pemilihan dapat dilaksanakan lebih efektif dan kondusif.

Presiden Erdogan sebelumnya memperkenalkan sistem pemerintahan presidensial pada tahun 2018, dimana ia menghapus jabatan perdana menteri sehingga sebagian besaar kekuasaan ada di tangan presiden. Sebelumnya, presiden hanya bersifat simbolis atau seremonial sebagai kepala negara. Sistem ini membuat pemilihan presiden dan parlemen akan diselenggarakan pada hari yang sama.

Aliansi partai oposisi ‘the table for six’ yang berisi 6 partai besar oposisi yaitu CHP, İYİ Parti, Saadet Parti, Gelecek Parti, Demokrat Parti dan DEVA Parti berharap Erdogan akan tergelincir dalam pemilihan kali ini. Erosi hak-hak masyarakat, inflasi yang berkepanjangan serta peraturan migran menjadi topik yang diharapkan dapat mengubah pilihan rakyat Turki pada pemilu mendatang.

Namun harian Sabah Daily yang dikenal sebagai media corong pemerintah menyatakan bahwa Erdogan berpotensi besar untuk kembali menang dalam pemilu mendatang, sebab kepribadiannya yang kuat dan berbagai kebijakannya yang menentukan disebut dibutuhkan dalam situasi ekonomi global dan geopolitik yang memanas belakangan ini.

Salah satu figur yang disebut merupakan pesaing potensial untuk Erdogan adalah Ekram Imamoglu. Sosok yang merupakan Gubernur Istanbul (Istanbul Buyuksehir Belediye Baskani) ini meraih suara yang signifikan dalam pemilihan gubernur sebelumnya pada tahun 2019. Istanbul sendiri diketahui memiliki sekitar 20 juta penduduk.

Namun beberapa bulan sebelumnya Imamoglu dijatuhi vonis hukuman bersalah sebab disebut menghina seorang staf komisi pemilihan. Pihak oposisi menyebut bahwa ini merupakan salah satu langkah Erdogan untuk mengamankan kekuasaannya. Dimana hal itu lalu dibantah oleh pihak pemerintah.


penulis - Muhammad Hayyi