HIRANKA.COM - Beberapa pakar ekonomi dunia menyatakan bahwa pada tahun 2023 kemungkinan akan terjadi resesi global. Ini juga dikatakan oleh Bank Dunia. BBC menjelaskan bahwa pernyataan ini diakibatkan banyaknya bank sentral yang menaikkan suku bunga sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Berbagai studi menemukan bahwa tiga negara ekonomi terbesar yaitu Amerika Serikat, Cina serta kawasan Eropa melambat.
Akan tetapi, sebelumnya dunia pernah mengalami berkali-kali krisis ekonomi dahsyat yang tercatat dalam sejarah. Berikut kami sajikan beberapa diantaranya.
1. Krisis Kredit 1772
Pada medio 1760, Kerajaan Inggris mengumpulkan kekayaan yang luar biasa banyak melalui perdagangan dan juga sumber daya koloni-koloninya. Ini kemudian membuat banyak Bank Inggris merasa optimis akan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menimbulkan periode ekspansi kredit yang sangat besar.
Tetapi pada 8 Juni 1772 seorang mitra bank Inggris bernama Alexander Fordyce, dikabarkan kabur ke Perancis untuk menghindari utang-utangnya. Ini membuat para kreditur panik, sehingga menarik uang mereka secara besar-besaran dari bank-bank yang sebelumnya mereka percayai.
Krisis ini menyebabkan ruginya East India Company (EIC), yang merupakan perusahaan kongsi dagang Inggris di India, dan kerugian ini menyebabkan banyak negara Eropa juga terdampak oleh krisis.
2. Depresi Besar 1929
Depresi besar atau The Great Depression merupakan salah satu krisis ekonomi terbesar yang pernah menghantam Amerika Serikat selama kurang lebih 10 tahun sejak 1929-1939. Perekonomian Amerika Serikat yang melesat sepanjang 1920. Kekayaan negara meningkat lebih dari dua kali lipat sepanjang periode itu.
Pertumbuhan pesat ini mengakibatkan spekulasi dahsyat di bursa saham. Inilah yang mengakibatkan musibah datang sejak September 1929, yaitu saat harga saham menurun secara perlahan. Puncaknya dalam satu hari saja, yaitu pada 24 Oktober tahun itu terjadi penjualan saham dengan angka yang mencengangkan. Sekitar 13 juta lembar saham dijual dalam sehari. Peristiwa ini disebut Black Thursday.
Ini ternyata bukan hari terburuk, 5 hari setelahnya pada tanggal 29 Oktober tercatat 16 juta lembar saham berpindah tangan mengakibatkan suasana panik yang luar biasa. Peristiwa ini dikenang dengan nama Black Tuesday dan merupakan salah satu noktah hitam dalam sejarah ekonomi dunia.
Pada puncak krisis, tercatat hampir seperempat warga Amerika serikat menjadi pengangguran.
3. Krisis Minyak 1973
Suatu ketika pada tahun 1973, negara-negara anggota OPEC (Organization Of The Petroleum Exporting Contries), yaitu negara-negara pengekspor minyak bumi, yang kebanyakan adalah negara-negara Arab, mendeklarasikan embargo minyak dan menghentikan ekspor ke Amerika Serikat beserta sekutunya.
Ini merupakan balasan mereka untuk Amerika Serikat dan tanggapan karena Amerika telah mengirimkan senjata ke Israel pada perang Arab Israel ke-4.
Lonjakan harga energi dan minyak ini mengakibatkan inflasi yang tinggi dan stagnansi ekonomi.
4. Krisis Asia 1997
Hingga 1997, banyak negara-negara maju memberikan kredit yang berlebihan dan utang yang begitu banyak kepada negara-negara Asia Timur seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, Korea Selatan, dan termasuk juga Indonesia. Ini terjadi karena optimisme atas pertumbuhan ekonomi yang baik di negara-negara tersebut.
Puncaknya pada Juli 1997, pemerintah Thailand disebabkan kurangnya sumber mata uang asing tidak lagi menetapkan dolar AS sebagai nilai tukar tetap atas mata uangnya. Peristiwa ini mengakibatkan kepanikan di pasar finansial Asia dan memulai proses pembalikan miliaran dolar kredit atau investasi asing secara luas.
Pasar dan investor global juga terpengaruh akan kepanikan dan ketakutan akan bangkrutnya pemerintah negara-negara Asia Timur, mengakibatkan krisis dan inflasi yang meluas.
5. Krisis keuangan 2007-2008
Krisis ini adalah musibah terparah sejak Great Reession tahun 1929 dan menjadi peristiwa yang paling menakutkan di pasar keuangan global.
Krisis ini diakibatkan oleh runtuhnya bisnis properti di AS, yang memicu bubarnya Lehman Brothers, yaitu salah satu bank investasi paling besar di seluruh dunia.
Sekitar 1 dekade dibutuhkan untuk menormalisasi ekonomi sejak krisis itu terjadi dan membuat jutaan lowongan kerja lenyap, jutaan orang kehilangan pekerjaan serta sekitar miliaran dolar pendapatan hilang begitu saja.