HIRANKA.COM - Studi ke luar negeri terdengar sangat menggiurkan. Jika mendengar seseorang merupakan alumni universitas atau sekolah luar negeri, tentu seakan-akan orang tersebut memiliki nilai lebih daripada orang pada umumnya yang mengenyam pendidikan di dalam negeri, meskipun hal ini tentu saja tidak benar.
Menurut UNESCO, jumlah mahasiswa (pelajar di universitas) Indonesia
yang memilih melanjutkan studi di luar negeri adalah 53.604 orang pada tahun
2021. Jumlah ini terus meningkat seiring menjamurnya promosi kemudahan belajar
di luar negeri di berbagai platform media sosial, meluasnya peluang meraih
beasiswa serta meredanya pandemi COVID-19 yang menghantam dunia beberapa tahun
ini.
Studi di luar negeri memang terdengar sangat bergengsi. Kesalahan dalam
paradigma pelajar Indonesia adalah mereka yang belajar di luar negeri
seakan-akan sudah terjamin masa depannya. Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar.
Sebab banyak pula lulusan luar negeri yang malah tidak dapat bersaing dengan
lulusan kampus dalam negeri, bahkan tak sedikit pula yang pulang tanpa membawa
apa-apa.
Tapi tentu tidak ada salahnya jika kamu bercita-cita melanjutkan studi ke luar negeri. Berikut kami berikan ulasan tentang beberapa hal yang harus dihindari jika kamu adalah salah satu dari mereka yang memiliki cita-cita tersebut:
Salah Niat
Banyak calon pelajar atau mahasiswa yang GAGAL sebelum berangkat. Kok
bisa? Sebab mereka sudah salah niat sejak awal.
Pada asalnya, niat belajar yang benar ada 2:
- Mencerdaskan diri sendiri
- Mencerdaskan dan bermanfaat untuk orang lain dengan keilmuan yang dimiliki
Untuk mencapai dua tujuan besar di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar dapat dilakukan di mana saja.
Akan tetapi, belajar di luar negeri memang memiliki beberapa nilai
tambah. Pengalaman hidup di negara asing dengan budaya dan kebiasaan yang
berbeda tentu dapat memberikan pelajaran yang tidak ditemukan di negeri
sendiri.
Tapi, belajar di luar negeri juga rawan menimbulkan niat yang salah
dalam diri kita. Bisa saja muncul niat seperti ‘supaya dianggap keren’, ‘untuk
menaikkan gengsi’, ‘supaya bisa jalan-jalan dan posting status keren di media
sosial’, dan masih banyak lagi.
Untuk itu, kalian harus berhati-hati dan menata kembali niat awal. Sebab niat adalah pondasi yang akan menentukan hasil yang akan dipetik nantinya. Jangan sampai gagal sejak awal ya, guys!
Memaksakan Diri
Tentu jumlah pelajar yang ingin melanjutkan studi abroad tidak sedikit.
Tak banyak pula akhirnya yang menjadi sangat ambisius untuk mengejar impian
ini. Jika berhasil, tentu akan menjadi kebahagiaan tersendiri. Jika belum
berhasil, ada saja yang langsung putus asa dan kehilangan semangat hidup.
Ada satu kesalahan yang sangat sering dilakukan oleh mereka yang
terlalu terobsesi: memaksakan diri.
‘Kok salah sih? Bukannya harus memaksa diri sampai penghabisan ya?’
Ingat, jika seseorang memiliki cita-cita kemudian ia terobsesi dan
tergila-gila dengan cita-citanya tersebut, ada kemungkinan ia akan kehilangan
rasio dan akal sehatnya. Jika sudah sampai ke tahap ini, besar kemungkinan ia
akan memilih hal yang sebenarnya tidak baik bagi dirinya untuk mencapai
impiannya itu.
Jangan lupa bahwa studi ke luar negeri belum menjamin kesuksesan seseorang. Banyak pula alumni kampus dalam negeri yang akhirnya lebih berhasil. Semuanya tergantung pada pribadi dan kesungguhan masing-masing ya!
Hanya Niat Saja
Menilik pada data UNESCO tadi, kita menemukan kesimpulan yang cukup
mengherankan. Mengapa ‘hanya’ 50.000 mahasiswa saja? Bukankah yang berkeinginan
belajar di luar negeri jauh lebih banyak dari itu?
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengurungkan niat atau
tidak dapat mencapai mimpinya ini. Tapi ada satu faktor yang sama sekali tidak
dapat diterima. Yaitu belajar keluar negeri ‘hanya sekedar niat’ belaka.
Belajar diluar negeri memang nampak menggiurkan. Tapi ingat, ada banyak
langkah dan proses yang harus kalian lakukan sebelum hal itu benar-benar
tercapai. Dalam proses-proses tersebut tidak sedikit yang membutuhkan
pengorbanan dan kesabaran ekstra.
Coba kita ilustrasikan sedikit:
Pertama-tama kalian harus mendaftar dahulu ke negara atau universitas
tujuan kalian. Proses pendaftaran ini tidak mudah, lho! Kalian harus melengkapi
berkas-berkas persyaratan yang bermacam-macam, dengan catatan berkas-berkas
tersebut juga tidak semuanya mudah didapat.
Selanjutnya jika kalian beruntung, kalian akan mendapatkan surat
penerimaan dari negara atau universitas itu. Eits, belum selesai! Kalian harus
mengurus dokumen-dokumen lain seperti VISA (untuk yang memerlukan), atau
dokumen pelengkap lainnya. Ini belum memperhitungkan soal waktu, biaya ataupun
jarak yang harus kalian korbankan.
‘Kan ada agency yang menjalankan itu semua’
Ingat! Agency tidak bisa melakukan semua proses 100%, kalian juga
biasanya harus merogoh kocek lebih dalam jika menggunakan jasa semacam itu.
Intinya, harus siap lelah dan berkorban ya! Ingat kata Bang Haji Roma
Irama:
Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
Menyerah dan Kehilangan Motivasi
Belum diterima di negara impian? Jangan sedih!
Sudah mendaftar tapi malah dibalas dengan e-mail penolakan? Jangan
menyerah!
Jika kalian benar-benar ingin mewujudkan impian ini, siapkan mental
yang kuat dan tahan banting. Ingat, bukan kalian saja yang berjuang, tapi
puluhan bahkan ratusan ribu pelajar dan mahasiswa juga menanti peluang untuk
diterima.
Hal yang harus kalian siapkan adalah ‘Plan B’ atau rencana cadangan. Pastikan kalian memiliki rencana lainnya. Jangan hanya mendaftar di satu negara atau satu universitas. Lakukan diferensiasi sebanyak mungkin. Semakin banyak pendaftaran yang kalian lakukan, semakin besar peluang kalian akan diterima. Jika tahun ini semua universitas menolak kalian, tahun depan masih ada, bukan?
Demikian beberapa hal yang harus kalian hindari jika berniat untuk
melanjutkan studi ke luar negeri. Kami doakan semoga di tahun ini semua impian
dan cita-cita kalian tercapai ya, guys!