HIRANKA.COM, TURKEY - Selain akan memasuki usia 1 abad, di tahun 2023 ini negara Türkiye (Turki) juga memiliki beberapa proyek prestisius. Meskipun sedang diterpa inflasi berkepanjangan yang diakibatkan melemahnya Lira Turki (TL) selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Turki optimis akan menguatnya ekonomi negara dengan penduduk 85 jiwa tersebut pada tahun ini.
Negara yang terletak di dua benua ini menggantungkan sumber pendapatannya pada sektor pertanian, tekstil, kapal, industri sarana transportasi, pariwisata dan lain sebagainya.
Sebenarnya salah satu sumber pendapatan potensial bagi Turki adalah Selat Bosporus yang terletak di tengah kota Istanbul. Selat yang membelah benua Eropa dan Asia ini menghubungkan antara Laut Marmara, Laut Aegea dan Laut Mediterrania dengan Laut Hitam. Laut Mediterrania merupakan salah satu jalur laut paling penting di dunia, dimana Eropa Selatan, Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki akses menuju laut tersebut.
Selain itu, Selat Bosporus yang membentang sepanjang 30 kilometer ini merupakan gerbang satu-satunya bagi Rusia, salah satu adidaya ekonomi dunia untuk perdagangan melalui jalur laut. Selat Bosporus merupakan salah satu jalur laut paling sibuk di dunia. Lebih dari 43 ribu kapal setiap tahunnya lalu-lalang di laut sempit ini. Padahal idealnya Bosporus hanya boleh dilewati oleh 25 ribu kapal per tahun.
Akan tetapi, sejak 2021 lalu. Pemerintah Turki meresmikan rencana pembangunan Kanal Istanbul. Kanal Istanbul merupakan jalur laut baru yang akan dibangun membelah kota Istanbul. Mengapa Turki sangat ingin membangun ‘selat’ baru dibanding tetap menggunakan Selat Istanbul? Cukup menarik, bukan? Berikut kami paparkan beberapa fakta tentang megaproyek ini:
Pengganti Selat Bosporus
Meskipun memiliki Selat Bosporus, Turki tidak mendapatkan sepeserpun dari lalu lintas kapal di selat tersebut.
Seharusnya kapal asing yang melewati wilayah laut suatu negara harus membayar semacam tarif kepada negara yang dilewati. Ini tidak berlaku untuk kasus Bosporus.
Sejak Kekhalifahan Utsmaniyah kalah di Perang Dunia I, Sekutu membagi-bagi wilayah Utsmaniyah. Rakyat Turki yang tidak mau diam atas perbuatan Sekutu angkat senjata, dan akhirnya berhasil mendirikan Republik Turki. Untuk alasan perdamaian dan netralitas dalam Perang Dunia, Turki lalu menyetujui Konvensi Montreaux.
Pada Konvensi itu, Turki dinyatakan berhak mengatur lalu lintas kapal militer sepanjang Selat Bosporus, tapi tidak berhak memungut biaya apapun atas kapal-kapal sipil dan perdagangan yang melintasinya.
Diharap Mampu Memulihkan Ekonomi Negara
Turki dilanda inflasi yang sangat tinggi beberapa tahun terakhir. Pada September 2022, inflasi Turki dalam setahun mencapai 83,45%, ini merupakan angka tertinggi yang dicapai negara itu dalam 24 tahun terakhir.
Pembangunan Kanal Bosporus ini, diharap dapat membantu pemulihan ekonomi negara. Sebab kapal-kapal yang semula melalui Selat Bosporus, sebagian akan melalui Kanal Istanbul, dan harus membayar tarif yang dikenakan. Bahkan diperkirakan pemasukan yang akan diterima Turki setelah dibukanya kanal ini sekitar 30 milyar USD dalam beberapa tahun.
Alasan Keamanan dan Menjaga Lingkungan
Di antara alasan lain dibangunnya kanal ini adalah untuk menjaga keamanan dan lingkungan. Beberapa musibah seperti Ledakan Beirut di Lebanon, memakan banyak korban jiwa. Kejadian itu terjadi di kawasan pelabuhan yang cukup dekat dengan pemukiman padat penduduk. Hal ini coba dikurangi dan diantisipasi oleh Turki, sebab di kedua sisi daratan Selat Bosporus terdapat pemukiman penduduk dan tempat-tempat wisata maupun bisnis, mengingat lalu lintas kapal yang demikian sibuk di sepanjang selat.
Kemudian, lalu lintas pelayaran yang melebihi kapasitas juga kemungkinan besar mengganggu ekosistem laut sepanjang selat. Tidak dapat dipungkiri muatan-muatan yang berbahaya bagi laut seperti minyak dan bahan kimia mungkin saja tertumpah ke lautan dan merusak ekosistem yang ada. Dengan dibangunnya Kanal Istanbul, kapal-kapal bermuatan zat berbahaya akan diarahkan untuk tidak melewati jalur Selat Bosporus dan dialihkan menuju kanal.
Menghabiskan Dana Besar
Selat ini akan memiliki panjang 45 km, atau setengah dari panjang Terusan Suez di Mesir. Dengan lebar 275 m, kanal ini akan lebih lebar daripada Terusan Suez dan Terusan Panama. Ini memang dimaksudkan untuk mengakomodasi lalu lintas yang lebih besar.
Secara resmi, pemerintah Turki menyatakan bahwa pembangunan kanal akan menghabiskan dana 10 miliar USD. Pendanaan akan dilakukan melalui sistem BOT (Build-Operate-Transfer), namun jika dibutuhkan pendanaan dari APBN mungkin saja dilakukan.
Sekitar 10.000 pekerja akan dibutuhkan sepanjang proses pembangunan. Dan jika sudah rampung akan ada 500-800 pekerja operasional di Kanal Istanbul.
Menuai Banyak Kontroversi
Sejak ide pembuatan kanal bergulir, rencana ini sudah menuai banyak kontroversi dari berbagai kalangan.
Beberapa negara mengklaim bahwa dengan rencana ini Turki bermaksud untuk melanggar Konvensi Montreux yang sudah ditandatangani bersama.
Selain itu, konsultan geopolitik asal Amerika, Stratfor menyatakan bahwa proyek ini sangat tidak masuk akal, dan dana yang diumumkan nampak mustahil untuk proyek sebesar ini.
Hal lain, banyak penduduk Istanbul menentang rencana ini. Sebab proyek ini akan menghilangkan Danau Durusu yang merupakan salah satu sumber air minum terbesar untuk warga. Di sepanjang kanal yang akan dibangun juga diketahui banyak properti milik keluarga emir Qatar, dan properti milik keluarga pemerintah yang berkuasa, sehingga ditakutkan proyek ini hanyalah usaha-usaha politis belaka.
Keraguan juga muncul tentang bagaimana cara untuk membuat kapal-kapal yang sudah biasa melintas melalui Selat Bosporus secara gratis untuk beralih melintasi Kanal Istanbul yang notabene bertarif, meskipun diklaim melewati Kanal Istanbul dapat menghemat waktu perjalanan kapal 50-70% lebih cepat.